Breaking News

Budaya dan Warisan

Destinasi Wisata

Makanan Tradisional

Sovenir & Oleh-Oleh

Monday, 30 October 2017

Puter Kayun



Setiap tahun, pada 10 Syawal atau 10 hari sesudah perayaan Lebaran Idhul Fitri, warga Desa Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi mengajak seluruh anggota keluarganya berpawai menggunakan dokar yang dihias warna-warni menuju ke Pantai Watu Dodol. Warga setempat menyebutnya sebagai tradisi Puter Kayun.

Tradisi yang digelar secara turun temurun setiap lebaran tersebut sebagai ungkapan syukur atas rezeki yang telah diberikan Tuhan,  mempererat tali silaturahmi keluarga, sekaligus melakukan napak tilas dari para leluhur warga setempat yang membuat jalan dari Boyolangu menuju Pantai Watu Dodol yang berjarak 15 kilometer.

Mereka menggunakan dokar sebagai alat transportasi karena menurut riwayatnya, dahulu mayoritas warga Boyolangu berprofesi sebagai kusir dokar. Sehingga dokar menjadi kendaraan yang selalu digunakan ketika bepergian, termasuk dalam tradisi Puter Kayun ini. Kalau dulu ada lebih 100 dokar di Banyuwangi, namun sejalan dengan perkembangan jaman, pada era sekarang jumlah dokar semakin sedikit - diperkirakan tinggal 17 dokar saja -maka ada sebagian warga yang menggunakan sepeda motor atau mobil.

Karena itu tradisi Puter kayun ini juga bisa diartikan sebagai lebarannya kusir dokar. Apalagi selama 7 hari di saat libur lebaran para kusir dokar ini tetap bekerja, sehingga tidak punya waktu berkumpul bersama keluarga. Setelah itu pada saat dilaksanakan puter kayun yang jatuh pada hari 10 Idhul Fitri, barulah mereka menikmatinya dengan mengajak seluruh keluarga untuk berwisata bersama.

Sehari sebelum pelaksaan Puter Kayun, warga Desa Boyolangu mengelar tradisi bersih-bersih desa dengan mengarak kebo-keboan dan mengelar aneka kesenian, seperti kunthulan, barong, gandrung dan hadrah.


Rombongan saat dokar melintasi jalan raya menuju Pantai Watu Dodol

Ketika iring-iringan warga dalam tradisi Puter Kayun sampai di Pantai Watu Dodol Banyuwangi, tokoh adat setempat melarung bunga berbagai macam rupa untuk menghormati para leluhur yang meninggal pada saat membuat jalan sepanjang 15 km dan dilanjutkan dengan memotong tumpeng dan makan bersama ditepi pantai sambil saling bertukar bekal makanan yang mereka bawa dari rumah masing-masing.

Sepanjang hari warga bersuka ria menghabiskan waktu di pantai, naik perahu, bersantai atau mandi di laut untuk buang sial. Tak pelak tradisi Puter Kayun pun menjadi ajang berlibur sekaligus bersilahturahmi bagi warga yang tidak sempat bertemu selama lebaran.



No comments:

Post a Comment

Recent Comments

Designed By Kelompok 6 PJBL S2